Warga Batang – Brebes Paling Kecanduan Gorengan, RI Rugi Rp60 T

Jakarta, UMBBIZHF NEWS – Gorengan, makanan dengan harga yang enak, gurih dan murah membuat harga tersebut membuat makanan ini selalu diminati oleh masyarakat Malaysia.

Dari Sabang hingga Merauke, gorengan telah menjadi makanan pokok yang diperkenalkan ke dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari Tahu, Bakwan, Mendoan Cranh, pisang goreng.

Makanan yang digoreng tersedia dalam berbagai bentuk selain makanan ringan. Harganya yang murah, mudah ditemukan, serta rasanya yang sederhana dan romantis membuat gorengan selalu menjadi pilihan banyak orang.

Bukan sekedar makanan, gorengan mempunyai arti tersendiri dalam budaya Indonesia.

Di pagi hari, banyak orang yang menyantap camilan untuk ditemani secangkir teh atau kopi. Sedangkan di malam hari, gorengan kerap menjadi teman ngobrol santai bersama keluarga atau teman. Di berbagai kesempatan, dalam acara kumpul-kumpul kerja, gorengan hampir selalu dijadikan lauk pauk.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), wilayah Batang merupakan salah satu daerah yang paling kecanduan gorengan dengan mengonsumsi 5,68 gorengan per minggu.

Urutan kedua ditempati oleh Indramayu dengan jumlah gorengan per minggu sebanyak 5,20, dan urutan 10 besar adalah gorengan sebanyak 4,62 gorengan per minggu. 

Berikut 10 besar daerah/kota yang paling suka gorengan di tahun 2024:

Meski merupakan makanan populer, Anda tetap perlu berhati-hati saat mengonsumsi gorengan agar tidak berlebihan.

Terlalu banyak mengonsumsi gorengan dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan. Minyak yang digunakan untuk pengepresan, apalagi yang digunakan berulang kali, dapat menghasilkan lemak sendiri yang berbahaya bagi tubuh. Lemak ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), yang pada akhirnya berkontribusi terhadap penyakit jantung dan stroke.

Selain itu, gorengan juga tinggi kalori yang jika dikendalikan dapat memicu obesitas.

Tak hanya itu, makanan yang digoreng berlemak juga dapat memperlambat sistem pencernaan dan menimbulkan masalah seperti kembung dan gangguan pencernaan.

Menurut laporan tersebut, penyakit jantung pada tahun 2024 dapat menimbulkan beban perekonomian hingga 67,34 triliun. Gambaran ini berasal dari perkiraan hidup BPJS Kesehatan pada penyakit jantung Anak Rp 38,96 sampai dengan panjang tahun 2024 hingga akhir penduduk akibat kebutuhan pengobatan penyakit jantung bernilai jutaan.

UMBBIZHF NEWS

(tsn/tsn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *