Penafian: Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan staf editorial CNBCOINOSOESIA.com.
Ketika harga cabai anjlok dan masyarakat bertanya-tanya siapa yang harus disalahkan, jawaban sederhananya biasanya adalah cuaca dan distribusi. Namun, ada akar permasalahan yang jarang tersorot: ketergantungan industri pupuk Indonesia terhadap gas alam.
Lebih dari 70% biaya produksi amonia, bahan utama pupuk urea dan NPK, berasal dari gas. Akibatnya, ketika harga gas dunia turun atau pasokannya terganggu, perusahaan minyak akan merugi 40 triliun setiap tahunnya. Situasi ini tidak hanya menghabiskan ruang finansial, namun juga meningkatkan risiko pembusukan makanan.
Ketika pupuk diberikan, efeknya langsung terasa di sawah. Biaya budidaya akan meningkat, produksi akan menurun, dan pada akhirnya krisis pangan akan menurun. Oleh karena itu, membangun rantai pasok pupuk yang tidak mudah dikompromikan adalah kunci untuk menjamin ketahanan pangan nasional.
Di sini peran hidrogen hijau sangatlah penting. Energi ramah lingkungan ini tidak hanya mampu menggantikan gas alam sebagai bahan baku amonia, namun juga membuka jalan bagi industri pupuk untuk menjadi industri pupuk yang lebih mandiri, efisien, dan berkelanjutan.
Teknologi elektrolisis air kini hampir tidak mengeluarkan karbon dioksida, sehingga listrik diperoleh dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau air. Jika digunakan dalam proses produksi pupuk, hidrogen ini dapat menggantikan hidrogen dari gas alam dalam proses pembentukan amonia.
Biaya produksi hidrogen ramah lingkungan global akan terus menurun. Harga hidrogen konvensional pada tahun 2020 mencapai 4 dolar AS per kilogram pada tahun 2020, dan pada tahun 2030 harga hidrogen konvensional setara dengan harga gas alam sebesar 1,7 dolar AS.
Manfaat hidrogen hijau tidak terbatas pada emisi saja. Dapat berlokasi di pabrik pupuk atau daerah pertanian terpencil atau lahan pertanian terpencil, sehingga mengurangi ketergantungan pada distribusi gas alam dan distribusi gas alam berbahaya.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan angin berkapasitas 800 MW mampu menghasilkan 130.000 ton hidrogen, 750.000 ton amoniak, dan 1/3 pupuk urea nasional per tahun.
Fase integrasi teknologi ini dapat dimulai langkah demi langkah. Kikampek dan STUKK KUJANDA BONONT SAVE STUONT DI KIONKEK Save Software BONONT dapat menambahkan hingga 25% blok elektrolitik.
Pemerintah dapat mendorong perjanjian jual beli listrik antara produsen hidrogen dan PLN.
Dukungan kebijakan merupakan syarat mutlak. Keputusan Presiden Ekosistem Hidrogen dan Amonia Hijau mencakup sertifikasi energi terbarukan, penggunaan air baku, dan insentif keuangan, seperti keringanan biaya operasional untuk komponen teknologi terkemuka.
Di sektor pertanian, Kementerian Pertanian harus memberikan peluang untuk mengupgrade pupuk nasional guna membuka jalan bagi produk rendah karbon, serta menyasar pasar global yang mulai menerapkan standar keberlanjutan pupuk.
Jika peta jalan ini diikuti secara konsisten, Indonesia dapat mengurangi pasokan pupuk sebesar 30%. Emisi dari sektor pupuk, yang saat ini setara dengan 10 juta ton karbon dioksida per tahun, dapat dikurangi setengahnya.
Ketahanan energi, impor gas cair, dan ketergantungan terhadap jaringan pipa regional akan berkurang. Yang juga penting bagi generasi mendatang adalah energi terbarukan berskala besar, yang menciptakan lapangan kerja di industri konstruksi dan manufaktur.
Model ini juga membuka peluang diplomasi energi. Dengan skala produksi modular sebesar 100.000 ton per tahun, Indonesia dapat mengekspor amonia hijau ke negara-negara kepulauan Pasifik yang mencari pasokan energi ramah lingkungan. Hidrogen ramah lingkungan tidak hanya berkaitan dengan teknologi, namun juga meningkatkan dampak ekonomi regional.
Namun kesulitan akan tetap ada. Biaya konstruksi awal, energi terbarukan, dan kebutuhan penyimpanan hidrogen bahkan lebih tinggi. Solusi seperti rantai transfer berbasis produksi dan skema pembiayaan inovatif harus dikembangkan.
Di sisi lain, ketersediaan air bersih di daerah kering dapat dilengkapi dengan teknik pertanian berenergi rendah. Peraturan keselamatan hidrogen perlu diperkuat untuk menghindari terulangnya lambatnya peraturan LPG di awal tahun 2000an.
Selain itu, ini sangat penting. Petani juga dapat memperoleh manfaat dari pupuk rendah emisi melalui sistem e-voucher, yang juga merupakan sarana edukasi. Disparitas dan akuntabilitas penyaluran subsidi harus diutamakan agar inovasi ini dapat memberikan dampak nyata.
Delapan tahun setelah kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan ganda: ketahanan pangan dan ketahanan energi dalam menghadapi krisis energi. Hidrogen hijau memberikan jawaban terhadap dua masalah besar. Ia mengetahui dunia petani dan teknokrat, mayoritas, pedesaan dan pusat industri, serta menggabungkan kemandirian energi dan kedaulatan pangan dalam narasi nasional yang baru.
Sekarang saatnya bagi pemerintah untuk mengambil keputusan yang berani. Melalui regulasi yang jelas, insentif yang tepat sasaran, dan kementerian yang memiliki visi dan visi jangka panjang, Green Manor dapat menjadi pionir di Asia. Jika langkah ini dilakukan, kita tidak hanya akan menanam padi untuk lahan subur, tapi juga memberikan harapan baru bagi generasi mendatang yang hidup di negara yang cerah dan sejahtera. (Myuq / MyQ)
