JAKARTA, UMBBIZHF NEWS – Negara-negara Timur sudah lama terkenal dengan ramuan herbal yang diklaim ampuh menyembuhkan berbagai penyakit di seluruh dunia. Berbeda dengan negara-negara Eropa yang hanya bisa marah-marah saat menghadapi suatu penyakit.
Dimulai ketika Eropa mulai melakukan kontak dengan negara-negara Timur, mereka membuat ramuan obat tradisional. Jamu seperti kayu manis, cengkeh, vanila, dll merupakan ramuan utama yang melindungi penduduknya dari wabah penyakit mematikan.
Namun, Eropa bisa mendapatkan semuanya dengan harga yang sama dengan emas yang dikenal dengan Super Super. Sebab tanaman tersebut tidak ada di Eropa dan untuk mendapatkannya memerlukan perjuangan.
Di sisi lain, kondisi berbeda terjadi di Indonesia. Masyarakat tidak perlu khawatir ketika menghadapi suatu penyakit karena tanaman yang melawan penyakit virus mudah ditemukan di Eropa. Jika orang Eropa mencari tanaman herbal punya uang, orang Indonesia hanya butuh waktu dan tenaga karena alam menyediakan segalanya. Orang Eropa mencari tanaman asli Indonesia – untuk dijual sayang
Naskah dan berbagai dokumen sejarah menunjukkan bahwa warga Eropa menggunakan obat-obatan herbal saat sakit. Misalnya, pada abad ke-15, ketika wabah penyakit ganas seperti wabah penyakit, influenza, dan cacar merebak, digunakan versi yang mengandung lada putih, kapur barus, dan cengkeh.
“Sebelum keluar rumah, masyarakat harus mencuci tangan dan muka untuk mencegah wabah,” kata tim peneliti dalam “Pandemi dan Pengobatan Herbal Tradisional” (2020).
Satu abad kemudian, pada abad ke-16, seorang dokter Jerman, Adam Lunissera, menulis resep tradisional peningkat penyakit tubuh untuk mencegah penyakit. Resepnya adalah campuran 1 ons madu, lidah buaya, dan kunyit.
Meski kunyit dan cengkeh tidak bisa ditemukan di Indonesia, namun terbukti khasiatnya. Orang-orang Eropa harus merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan rempah-rempah tersebut. Nilainya yang tinggi membuat perdagangan dan eksplorasi sumber produksi rempah-rempah populer di kalangan pelaut Eropa. Ini adalah salah satu tujuan wilayah Timur.
Menurut rumor para pelaut, wilayah timur dunia merupakan penghasil rempah-rempah. Ketika teknologi ini dikembangkan, mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh hingga akhirnya menemukan lokasi pabrik yang diinginkan, yaitu Maluku.
Sejak itulah era kolonial dimulai. Orang-orang Eropa membawa tanaman asli seperti lada, cengkeh, kunyit, dll ke Indonesia, salah satunya untuk keperluan pengobatan. Di sana, para pedagang mendapat tekanan karena bisa menjual kembali tanaman asli Indonesia dengan harga mahal. Warga negara Eropa juga sehat. Sementara warga Indonesia menderita karena tanaman asli mereka telah bangkit. Untuk dokter Jerman
Seiring berjalannya waktu, banyak peminat terhadap obat-obatan herbal tidak hanya dari kalangan pedagang tetapi juga dari kalangan dokter. Banyak dokter Eropa datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian, yang kita tahu berujung pada eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Sebagaimana dikutip Hans Pauls dalam artikelnya “Dokter dan Herbalis Eropa, Obat Herbal di Hindia Belanda” (2009), para dokter Hindia Belanda, dan jaringan kolonial mendokumentasikan khazanah resep tradisional di Indonesia. Mereka mengapresiasinya karena resep ini efektif di kalangan ras Eropa atau Indo-Eropa.
Dari sini mereka terus menggalakkan penggunaan obat-obatan herbal yang berbahan dasar tanaman asli Indonesia. Sayangnya, promosi ini malah mengarah pada eksploitasi yang lebih kejam terhadap tanaman ini. Salah satunya adalah Friedrich Agustus Agustus Carl.
Dokter Jerman masuk ke Samangrangi pada tahun 1823. Ia langsung bertanya-tanya tentang pengobatan herbal di Indonesia. Singkatnya, ia melakukan penelitian tentang khasiat obat herbal. Dalam penelitiannya, semua pengobatan herbal efektif.
Itu semua ia catat dalam karya berjudul Pratische Waarmnen Over Eenige Javaantsche GeneesmiddedDEDE (Pengamatan Praktis Beberapa Obat Jawa). Pekerjaan ini mencatat semua obat-obatan herbal yang tersedia dan membandingkannya dengan obat-obatan modern.
Selain itu, ia juga menyusun obat-obatan berdasarkan penyakit menurut ilmu kedokteran modern. Sejak saat itu, banyak dokter di Indonesia dan Eropa yang menggunakan tanaman asli Indonesia untuk mengobati penyakit.
Di sisi lain, permintaan terhadap produk juga akan meningkat. Apalagi obat kimia Eropa sudah tidak efektif lagi. Bahkan, harganya pun meroket. Pada tahap ini tanaman asli Indonesia yang semula bermanfaat secara ilmiah menjadi batu ekonomi yang diperoleh dengan mengeksploitasi kekayaan. (MFA/WUR) Artikel berikutnya Punya pertanda indah dan mengatasi “kiamat”, buah asli Indonesia ini banyak dicari di Eropa
