JAKARTA, UMBBIZHF NEWS – Pembuat konten dan influencer Titan Tyra mengaku kehilangan uang Rp 3,7 miliar yang dikumpulkannya selama satu dekade bekerja di industri kreatif. Uang tersebut hilang karena ia berinvestasi melalui asuransi Unitlink di Pt Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (Wanaartha Life), yang kini merupakan penipuan asuransi terbesar di Indonesia.
“Saya rugi Rp 3,7 miliar. Bekerja sebagai konten kreator selama 10 tahun, saya simpan semua keuntungannya.
UMBBIZHF NEWS telah mendapat izin untuk mempublikasikan artikel ini.
Ia mengatakan, awalnya produk asuransi sangat meyakinkan. Faktanya, hasil pencarian di internet saat itu menunjukkan reputasi perusahaan yang baik. Awalnya Titan menginvestasikan Rp 1 miliar dan benar-benar mendapatkan hasil sesuai janji, yaitu 10% dari nilai investasi. “Beberapa bulan kemudian saya dapat 10% setiap bulan, dan akhirnya saya kumpulkan lagi Rp 2 Miliar, tapi begitu Covid datang, uang bulanan itu berhenti total. Sekarang saya tidak bisa mendapatkan kembali uang Rp 3 miliar itu,” ujarnya.
Titan awalnya mengaku khawatir dengan ketidakjelasan pihak perusahaan atau regulator. Ia bingung mencari klarifikasi dan ke mana harus menuntut kembali haknya.
Meski menjadi korban penipuan, ia bersyukur hidupnya tidak langsung terpuruk setelah kehilangan banyak uang. “Kliennya banyak yang belum refund, ada yang meninggal, saya masih muda, masih bisa bekerja, tapi banyak juga orang-orang tua di grup WhatsApp kita yang tidak bisa berobat karena belum refund,” ujarnya. Titan juga menyoroti lemahnya perlindungan pemerintah terhadap korban investasi palsu. “Saya kira pemerintah tidak punya tulang punggung untuk melindungi kami, kalau korup, efeknya seperti kupu-kupu, menghancurkan kehidupan banyak orang. Itu pasti karma,” katanya.
Hingga saat ini, ribuan korban seperti Titan Tyra masih menunggu kejelasan pengembalian dananya. Dikatakan juga bahwa beberapa orang telah kehilangan keinginan untuk hidup. Kisah Titan adalah potret nyata bagaimana kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan finansial tidak hanya bersifat finansial namun juga berdampak buruk pada kesehatan mental korbannya. “Semua uang endorsement yang saya kumpulkan selama bertahun-tahun hilang, tetapi saya adalah orang yang mengutamakan kesehatan mental karena saya memiliki hak istimewa, saya masih muda dan saya masih bisa bekerja. Dia berkata. Kasus Vanartha Life masih berlanjut. Kegagalan Wild Life untuk membayar gugatan masih menunggu keputusan. Salah satu buronan utama, Evelina F. Pietruschka, yang pernah menjabat sebagai presiden direktur dan kemudian menjadi komisaris VanArtha Life, masih dicari aparat penegak hukum. Evelina diketahui memiliki rekam jejak panjang di industri asuransi, termasuk menjadi General Manager Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Sekretaris NCB Interpol Untung Widyatmoko mengungkapkan, putra Evelina, Resananta Petrushka, ditangkap di California, Amerika Serikat, namun kemudian dibebaskan dengan jaminan.
“Tidak ada orang yang miskin akibat kejahatan ekonomi, semua orang bisa menyelamatkan diri dan menyewa pengacara. Selalu menantang, ini kasus perdata, bukan kasus pidana,” kata Untung. Interpol Indonesia disebut masih berkoordinasi dengan otoritas Amerika, termasuk Amerika Serikat. Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI untuk menemukan keluarga Pietruschka. Pada tahun 2023, beberapa pelanggan juga berinisiatif melakukan pengujian sendiri. Dalam video yang diperoleh UMBBIZHF NEWS, dua orang korban tiba di kompleks apartemen mewah di Beverly Hills, California, yang diduga merupakan tempat tinggal Evelina Petrushka. Namun, mereka dihadang oleh penjaga kompleks dan dicegah masuk. “Ternyata itu Evelyn yang ngomong, dan dia menolak mengizinkan saya masuk,” kata salah satu pelanggan dalam video tersebut. Situs populer Clustrmaps mencatat Evelina memiliki aset perumahan mewah di kawasan tersebut yang bernilai hingga jutaan dolar AS. Namun UMBBIZHF NEWS belum bisa memverifikasi secara independen keaslian informasi tersebut. (HSY/HSY) [Gambar: Video CNBC] Artikel selanjutnya Waspadai uang terbang! Penipuan cinta sering terjadi di media sosial
