JAKARTA, UMBBIZHF NEWS – Harga minyak dunia masih belum pulih dari tekanan beberapa hari terakhir. Minyak mentah Brent (LCOc1) diperdagangkan pada $68,62 per barel pada Selasa (05/08/2025) pukul 10.05 WIB, turun dari $68,76 pada hari sebelumnya, menurut data Refinitiv. Sementara itu, harga minyak WTI (CLc1) juga tertekan pada level $66,15 per barel.
Ini merupakan penurunan harga Brent selama lima hari berturut-turut. Dalam seminggu terakhir, Brent telah jatuh lebih dari 5% dari level tertingginya di $73,24 pada 30 Juli 2025. WTI berada tepat di atas $70 pada akhir Juli sebelum jatuh kembali ke sekitar $66.
Pelemahan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Setelah keputusan New Delhi untuk membeli minyak dari Rusia, Presiden AS Donald Trump sekali lagi mengguncang pasar dengan ancaman kenaikan tarif yang “signifikan” terhadap ekspor India ke AS. Tindakan ini merupakan bagian dari tekanan Washington terhadap Moskow agar segera menerima gencatan senjata di Ukraina.
India menyebut tindakan tersebut tidak berdasar. Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai stabilitas pasokan global, terutama jika India memutuskan untuk melakukan perlawanan secara ekonomi.
Di sisi lain, pelaku pasar juga mulai mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir pasokan pada paruh kedua tahun 2025. OPEC+ mulai melonggarkan kebijakan pengurangan produksinya, sementara permintaan energi di Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda melemah seiring melambatnya aktivitas ekonomi akibat kebijakan perdagangan Trump yang agresif.
Anjloknya harga minyak juga disebabkan oleh sentimen negatif mengenai ketidakpastian prospek perekonomian global. Investor kini berspekulasi bahwa tekanan ekonomi dapat meringankan uang, namun di sisi lain, hal ini juga berisiko menekan permintaan energi global.
Pemerintah AS sendiri akan mengeluarkan pedoman tarif baru pada 7 Agustus 2025. Sedangkan ultimatum Trump agar Rusia melakukan gencatan senjata akan berakhir pada 8 Agustus.
UMBBIZHF NEWS
(emb/emb) [Gambas:Video CNBC] Artikel berikutnya Israel dan Iran memanas, minyak dunia semakin mendidih
