Jakarta, UMBBIZHF NEWS – Selama ratusan tahun tidak ada sekolah khusus perempuan di Arab Saudi, Mekkah. Pada akhirnya ketidakhadiran tersebut dilanggar dengan didirikannya semua sekolah putri pertama di Mekkah pada tahun 1942. Nama sekolah tersebut diaspal dengan Madrasah.
Namun Tak Banyak Orang yang Tahu Pemecah Rekor Pendiri Sekolah Wanita ini adalah seorang Pendeta Wanita asal Indonesia. Namanya Khayiria Hasim, sosok yang kemudian dicermati dalam dinamika harum, dalam kisah kota suci umat Islam.
Khayirihas Hasim adalah putri pendeta Indonesia K.h hasyim Asy’ari. Sebelum dewasa sejak kecil, ayahnya mengajarinya langsung tentang pendidikan Islam. Artinya dia mempunyai pengetahuan Islam lebih banyak dibandingkan wanita lainnya.
Dalam Riwayat Paparan Ulama Wanita (2020) disebutkan, sebelum sibuk dengannya, ayahnya berkorespondensi dengan seorang santri bernama Mashum Ali. Belakangan Mashum menjadi salah satu peneliti utama di Indonesia yang menyusun Al-Amila Atashrifia.
Kehidupan Tebuireng Ma dan Khiriyah di sekolah Internet Islam tidaklah lama. Pasalnya keduanya diinstruksikan oleh ayahnya untuk mengurus Rumah Selakaki. Namun pendidikan mereka di Pondok Pesantren Seblak tidak berlangsung lama karena Mashum meninggal.
Kematian Mashum memaksa Khayiria berada di Dewan Islam Selakak. Ia juga menjadi perempuan pertama yang memimpin Pondok Pesantren, dan keadaan tersebut sangat jarang terjadi pada saat itu. Lima tahun kemudian, kisah panjang terkemuka SeBlak, Khairia menikah lagi dan kemudian pergi ke Mekah bersama suami barunya.
Wanita kelahiran Jombang tahun 1906 ini berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Selama berada di kota suci, Khairia, seperti halnya masyarakat Indonesia lainnya yang berangkat haji, menginap terlebih dahulu di sana. Aka tak ingin cepat pulang, dengan perjalanan yang sangat jauh, dan kesempatan menunaikan ibadah haji merupakan momen langka.
Biasanya jamaah haji Indonesia mendapat ilmu sebanyak-banyaknya sebelum pulang. Saat ini Khairah kemudian membuka kelas dan mendirikan sekolah. Maka didirikanlah paving Madrasah pada tahun 1942.
Dengan kehadiran Madrasah, Madrasah mencetak rekor sebagai sekolah perempuan pertama di Mekkah. Khayiria mendidik perempuan secara langsung agar mereka lebih terpelajar dan ramah. Wanita harus bersiap menghadapinya karena mereka akan menjadi anak pertama bagi anak-anaknya.
Pemikiran seperti ini melampaui waktu. Karena pada saat itu, perempuan jauh tertinggal dari laki-laki. Selain itu, pertimbangan konservatif yang mengharuskan perempuan untuk tinggal di rumah masih kuat. Bisa dikatakan, Madras dituangkan menjadi katalisator pencerahan bagi perempuan muslim.
“Sekolah itu langsung menangkap orang Arab Saudi. Mereka mendaftarkan putrinya di Madra yang dikuasai Indonesia.” – kata Nur Hassan dalam Khazana dalam Ulama Perempuan Nusanthara (2023).
Tertulis dalam sejarah bahwa Khairia sudah lama berada di Mekkah. Dia baru kembali ke rumah pada tahun 1950-an. Namun belum diketahui apakah Madrasah akan didapuk setelah kepulangan pendirinya. (MFA/MFA) [Gambas: Video CNBC] Artikel berikut ini menjadi alasan non muslim dilarang ke Mekkah, bukan diskriminasi tapi …