Catatan. Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan presentasi editor cnbcindononsia.com
Ketergantungan Indonesia pada impor energi adalah ironi utama di antara banyaknya sumber daya alam yang kita miliki. Data SKK Migas menunjukkan bahwa kenaikan minyak nasional pada tahun 2023 hanya mencapai 614 ribu barel per hari, jauh dari target yang ditetapkan menjadi 705 ribu barel per hari.
Bergantung pada impor, terutama untuk minyak mentah dan bahan bakar, tidak hanya saldo perdagangan, tetapi juga merusak posisi strategis Indonesia di arena global. Dalam konteks ini, visi Presiden Prabowo Subianto melalui Asta Cita untuk mendapatkan energi sendiri untuk mendapatkan relevansinya. Namun demikian, visi ini membutuhkan strategi yang tidak hanya ambisius, tetapi juga dapat diukur. Peningkatan munculnya minyak dan gas bukan hanya masalah penelitian atau teknologi; Ini adalah masalah beragam yang mempengaruhi aspek politik, investasi, untuk efisiensi operasional.
Sebagai langkah pertama, teknologi peningkatan pemulihan minyak (EOR) menawarkan potensi besar. EOR dapat meningkatkan produksi di daerah lama yang dianggap lebih ekonomis.
Data menunjukkan bahwa dengan EOR peningkatan potensial dalam produksi dapat mencapai 30% -60% dibandingkan dengan metode konvensional. Di Indonesia, penggunaan EOR di tempat, seperti Minas dan Tanjung, menunjukkan efektivitasnya, meskipun penggunaannya masih terbatas dari biaya awal yang tinggi. Namun, satu teknologi tidak cukup tanpa dukungan yang memadai untuk infrastruktur. Indonesia masih dihadapkan dengan hambatan dalam sistem pipa yang terbatas, kekuatan kilang minyak dan logistik yang tidak memadai untuk transfer minyak dan gas, yang seringkali tidak efektif.
Membandingkan negara -negara tetangga, seperti Malaysia, berhasil menggunakan infrastruktur optimal mereka, yang berkontribusi pada kenaikan mereka yang lebih stabil. Jika Indonesia ingin mengatasinya, modernisasi infrastruktur harus menjadi prioritas, termasuk pembangunan kilang minyak yang baru -baru ini ditunda. Peningkatan kenaikan juga membutuhkan kecerdasan cadangan baru. Indonesia memiliki potensi minyak dan gas, yang tidak dipelajari di daerah perbatasan, seperti Papua dan Natun -More. Namun demikian, penelitian ini dihadapkan pada masalah serius, dari tempat yang jauh hingga risiko pengintaian yang tinggi.
Di sinilah peran kebijakan investasi menjadi sangat penting. Manfaat pajak, kepercayaan hukum dan penyederhanaan proses perizinan adalah kunci untuk menarik investor, terutama di sektor minyak dan gas hulu. Langkah ini dikaitkan tidak hanya dengan peningkatan kenaikan, tetapi juga untuk membuka pekerjaan baru dan meningkatkan wilayah minyak dan gas. Selain minyak, gas alam adalah aset strategis, yang sering diabaikan. Indonesia adalah salah satu produsen gas alam terbesar di dunia, tetapi penggunaannya jauh dari yang terbaik. Fenomena pembakaran gas, yang menghasilkan buang biaya tinggi, masih umum.
Bahkan, jika ini digunakan dengan benar, gas ini dapat memenuhi kebutuhan internal, seperti pembangkit listrik, sambil meningkatkan nilai ekspor. Keberhasilan ini membutuhkan kerja sama antara perusahaan pemerintah, minyak dan gas dan lembaga penelitian untuk mengembangkan teknologi pemrosesan gas yang lebih efektif. Di sisi lain, efisiensi operasional juga merupakan elemen penting. Penggunaan teknologi seperti Internet of Things (IoT) dalam pemantauan waktu nyata dapat mengurangi gangguan operasi yang merupakan penghalang utama.
Selain itu, strategi manajemen reservoir, berdasarkan data, memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan produksi tanpa merusak keseimbangan ekosistem. Pendekatan ini tidak hanya mendukung stabilitas produksi, tetapi juga mendukung daya saing sektor minyak dan gas Indonesia di seluruh dunia. Namun demikian, keberhasilan meningkatkan kebangkitan minyak dan gas tidak secara eksklusif bergantung pada teknologi, infrastruktur, atau politik. Kerja sama antara semua pihak yang berkepentingan adalah kunci utama. Pemerintah harus menjadi fasilitator yang menciptakan ekosistem yang mengarah ke sektor minyak dan gas.
Perusahaan nasional harus takut untuk memperkenalkan inovasi dan risiko, sementara masyarakat harus berpartisipasi dalam menjaga stabilitas proyek minyak dan gas. Keberhasilan negara -negara seperti Norwegia dalam pengelolaan sumber daya energi mereka dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi Indonesia. Perlindungan energi adalah masalah stabilitas dan kedaulatan. Dalam dunia yang semakin kompetitif, kecakapan -diri dalam energi tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bagian -bagian eksternal, tetapi juga meningkatkan posisi geopolitik Indonesia di wilayah tersebut.
Dengan menggunakan teknologi terbaru, penguatan infrastruktur dan adopsi kebijakan yang benar, Indonesia memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi negara independen di sektor energi.
Energi adalah denyut nadi kehidupan bangsa. Sekarang saatnya telah tiba untuk bertindak bersama, karena masa depan Indonesia tergantung pada langkah -langkah strategis yang kita ambil hari ini. (Miq / miq)